Makalah Tabulampot Tanaman Sawo
Makalah Tabulampot Tanaman Sawo
Pengertian Tabulampot adalah suatu istilah dari tanaman buah dalam pot. Metode ini merupakan metode budidaya tanaman lahan sempit yang lebih mengoptimalkan penggunaan pot dan tanaman buah-buahan dalam pelaksanaannya.kali ini admin akan berbagi makalah atau artikel tentang Tabulampot tanaman sawo.buat sobat yang mau menanam tanaman sawo dalam pot bisa mencoba artikel dibawah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sawo (Achras zapota) merupakan tanaman buah berupa pohon yang dapat tumbuh besar dan berbuah lebat. Daunnya yang rimbun mampu menjadi penaung dari sengatan matahari. Tanaman yang sebelumnya berada di daerah tropis Guatemala (Amerika Tengah), Mexico, dan Hindia Barat ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan urutan klasifikasi di kalangan ilmiah, sawo yang disebut neesbery atau sapodillatergolong ke dalam famili Sapotaceae.
Tanaman sawo tak hanya dapat diambil buahnya tetapi juga getahnya yang terdapat pada kulit batang, daun, dan empulur pohon sawo. Di negara asalnya, tanaman sawo hanya diambil getahnya untuk bahan baku pembuatan permen karet, sedangkan di Indonesia sawo dibudidayakan untuk dinikmati buahnya. Manfaat lain dari tanaman sawo adalah kayunya yang bagus serta di setiap bagian tanamannya memiliki kandungan tertentu untuk pengobatan tradisional. Nama lokal untuk tanaman sawo, ialah : Sawo Manila (Melayu), Sawo saus (Padang), Sawo Manila (Sunda), Sawo Manila (Jawa Tengah), Sawo manila (Madura), Sawo jawa (Bali).
1.2 Tujuan Penulisan
2.1 Untuk mengetahui cara membudidayakan tabulampot
2.2 Mempermudah cara bercocok tanam tabulampot
2.3 Memberikan ilmu dan cara-cara menanam tabulampot
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Jenis tanaman sawo (Achras Zapota) yang banyak dikenal orang adalah jenis sawo manila dan sawo apel. Sawo manila terdiri atas beberapa jenis seperti sawo betawi, sawo karat, sawo maja, dan sawo pinang. Buah sawo manila berbentuk lonjong, agak besar, diameternya sekitar 7 cm. daging buahnya halus, berwarna cokelat kemerahan, rasanya manis, dan tidak banyak mengandung getah.
Sedangkan jenis sawo apel antara lain adalah sawo apel kelapa, sawo apel lilin, dan sawo apel bener. Buah sawo apel berbentuk bulat seperti apel, agak kecil, diameternya sekitar 4 cm, berkulit tebal, daging buahnya kesat, berwarna cokelat muda, rasanya manis, dan banyak getahnya. Getah buah sawo ini dapat dimanfaatkan untuk campuran permen karet.
Sawo pada umumnya dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai di daerah berketinggian 700 m dpl.Terutama di daerah yang banyak curah hujannya.Sawo dapat diperbanyak dengan biji, cangkok, enten, dan sambung pucuk. Perbanyakan dengan biji tidak di anjurkan karena bibit yang diperoleh kadang-kadang menyimpang dari sifat-sifat induknya. Selain itu juga tidak cepat berbuah.Pada waktu mencangkok, setelah batang di kupas, kulitnya perlu dikeringkan sekitar 3-5 hari.Sawo pada umumnya bergetah banyak.Setelah berakar dan dipotong, bibit ditanam dulu dalam polybag selama 1-1.5 bulan.
Sawo membutuhkan pot yang besar.Media tumbuhnya berupa campuran tanah gembur, pupuk kandang, dan pasir dengan komposisi seimbang.Sebelum ditanam, bibit harus dikeluarkan dari polybag. Agar bibit dapat berdiri kokoh, sebaiknya diberi sebatang kayu atau bambu penyangga.
a. Iklim
Tanaman ini optimal dibudidayakan pada daerah yang beriklim basah sampai kering dengan pembagian bulan basah dan bulan kering yang dikehendaki yaitu 12 bulan basah atau 10 bulan basah dengan 2 bulan kering atau 9 bulan basah dengan 3 bulan kering atau 7 bulan basah dengan 5 bulan kering dan atau 5 bulan basah dengan 7 bulan kering. Tanaman sawo tetap dapat berkembang baik pada suhu antara 22-32 ÂșC, dengan curah hujan 2.000 sampai 3.000 mm/tahun. Tanaman sawo dapat berkembang baik dengan cukup mendapat sinar matahari namun toleran terhadap keadaan teduh (naungan).Tanaman sawo tahan terhadap kekeringan, salinitas yang agak tinggi, dan tiupan angin keras.
b. Media Tanam
Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman sawo adalah tanah lempung berpasir (latosol) yang subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik.Tetapi hampir semua jenis tanah yang diginakan untuk pertanian cocok untuk ditanami sawo, seperti jenis tanah andosol (daerah vulkan), aluvial loams (daerah aliran sungai), dan loamy soils (tanah berlempung).Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo adalah antara 6–7.Kedalaman air tanah yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo, yaitu antara 50 cm sampai 200 cm.
c. Ketinggian Tempat
Daerah-daerah yang sesuai untuk tanaman sawo dapat berkembang dan berproduksi dengan baik, yaitu dataran rendah sampai dengan ketinggian 700 m dpl.Namun, sebenarnya tanaman sawo dapat hidup baik di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai dengan ketinggian 1.200 m dpl.
d. Menanam Tabulampot
Menanam tanaman sawo dalam pot dapat menggunakan bibit asal biji, jika tujuannya untuk membentuk tajuk yang indah sebagai penghias pekarangan. Akan tetapi, bibit asal biji ini memiliki masa pertumbuhan yang sangat lambat, apalagi untuk mencapai masa berbuahnya. Oleh karena itu, dapat dipilih bibit cangkok sebagai alternatif, dengan syarat batang pokoknya harus lurus dan percabangannya menarik agar memudahkan dalam hal pemangkasan serta kelak tidak hanya mempesona disaat berbuah saja. Pilih bibit yang sehat dengan daun hijau segar dan mengembang sempurna serta bebas hama penyakit. Bibit cangkokan dipilih yang cabang atau rantingnya bagus dan sehat.
e. Menyiapkan pot
Pilihan penggunaan pot untuk tanaman sawo dapat berupa pot dari semen, kayu atau drum bekas. Namun, yang paling praktis ialah pot dari drum bekas, karena selain tidak beresiko pecah ketika dipindahkan, pot dari drum bekas ini juga tahan lama. Ukuran pot minimal untuk tanaman sawo sebaiknya yang bediameter 30 cm atau disesuaikan dengan ukuran tanaman, dan yang terpenting dari apapun jenis dan bahan pot yang digunakan ialah adanya lubang untuk pembuangan air di bagian dasar pot yang cukup baik. Seperti misalnya pada drum bekas perlu dibuat lubang sebanyak 5 buah dengan diameter masing-masing 1 cm.
f. Menyiapkan media tanam
Penggunaan media tanam dalam pot harus benar-benar diperhatikan. Media tanam yang dapat digunakan ialah seperti campuran pupuk kandang/kompos yang telah matang dengan tanah (1:1). Kedua media tersebut dicampur merata sebelum dimasukkan ke dalam pot.
2.3 Penanaman bibit dalam pot
Dasar pot dialasi ijuk atau pecahan genteng dengan ketebalan 5-10 cm, agar dapat menahan hilangnya tanah melalui lubang pot akibat penyiraman.
Di atas alas tersebut diberi campuran media tanam setebal 3-5 cm.
Bibit didekatkan pada pot. Pembungkus bibit dilepaskan dengan hati-hati.
Masukan bibit ke dalam pot, lalu urug dengan sisa media tanam hingga rata dengan bibir pot.
Lakukan penyiraman hingga media turun sekitar 5 cm di bawah bibir pot.
Simpan tanaman dalam pot di tempat teduh untuk sementara, dan beri ganjalan di bawah pot dengan batu bata agar pot tidak bersinggungan langsung dengan tanah yang menyebabkan aliran air siraman terhambat keluar.
Setelah tanaman sawo tampak segar dan muncul tunas, tanaman dapat dipindahkan ke tempat terbuka yang terkena sinar matahari penuh.
2.4 Pemeliharaan
a.Penyiraman
Penyiraman pada tanaman dalam pot menjadi sangat penting untuk diperhatikan.Jika tidak turun hujan perlu dilakukan penyiraman 1-2 hari sekali, yang terpenting, media tanam dalam pot dijaga agar tidak mengalami kekeringan ataupun kelebihan air.Cara penyiraman perlu diperhatikan. Penyiraman dengan cara menyiramkan air ke seluruh bagian tanaman dapat membuat tanaman terlihat bersih, akan tetapi jika tanaman sedang berbunga hal ini perlu dilakukan secara cermat agar siraman air tidak membuat bunga rontok. Oleh karena itu, ada baiknya penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor atau nozzle.
b. Penyiangan
Setelah 1-2 bulan setelah tanam, perlu dilakukan penyiangan untuk membersihkan rumput dan gulma yang menggangu. Jika tanaman sudah tumbuh besar gangguan tersebut tidak berarti, tetapi jika tanaman masih kecil akan sangat berarti karena akan mengganggu pertumbuhan tanaman sawo. Gangguan tumbuhan parasit seperti benalu juga harus diperhatikan. Jika kelihatan pada ranting pohon sawo terdapat benalu atau parasit agar segera dibersihkan dengan cara memotong ranting tempat benalu menempel. Pemotongan sebaiknya dilakukan sebelum benalu berbunga.
Perlu pula dilakukan pemberantasan benalu pada pohon lain di dekat tanaman sawo untuk mencegah penularan pada tanaman sawo lainnya.Untuk tanaman sawo dalam pot, perawatan ini tidak begitu digunakan, akan tetapi jika ada tumbuhan pengganggu dalam pot segera dicabut saja lalu dibuang.
c. Penyiangan
Pada saat penyiangan, dapat juga dilakukan pembubunan tanah di sekitar tanaman.Pembubunan dilakukan untuk menggemburkan tanah di sekitar tanaman sawo dan untuk memperkokoh batang tumbuhnya.Pendangiran pada pot hanya dilakukan jika media dalam pot sudah tampak memadat.
d. Pemupukan lanjutan
Sebagai pedoman pemupukan dapat diberikan 250-500 gr urea/pohon/tahun sebelum tanaman sawo berbuah.Pemupukan ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun, karena urea adalah sumber N yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun.Bila tanaman sudah waktunya berbuah, kurang lebih berumur 4 tahun, dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk majemuk NPK (10-20-15) yang kandungan fosfor (P) dan kaliumnya (K) tinggi sebanyak 500 gr/ pohon tiap tahun. Bila tidak ada NPK bisa diganti dengan pupuk urea, DS, dan KCl sebanyak 108 gr, 277 gr, dan 144 gr. Sedangkan tanaman sawo dalam pot hanya membutuhkan pupuk NPK tersebut sebanyak 50 gr/ tanaman setiap 2 bulan sekali, dan pupuk daun setiap 1-2 minggu sekali dengan dosis yang tertera pada tanaman. Unsur P bagi tanaman berfungsi untuk mempercepat pembungaan, sedangkan unsur K berfungsi untuk menjaga bunga dan buah supaya tidak mudah gugur.
Jumlah pupuk tersebut secara bertahap ditingkatkan sampai 2 kg/pohon tiap tahun untuk tanaman sawo yang telah berumur 15 tahun.Selain urea dan NPK yang diberikan, perlu juga diberikan pupuk kandang sebanyak 10 kg/pohon untuk memperbaiki struktur tanah.Pemberian pupuk lanjutan tersebut dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu pada awal dan akhir musim hujan.Dosis yang diberikan setengah dari yang disebutkan di atas.
Cara pemberian pupuk dengan menaburkan pupuk ke dalam parit yang digali di bawah pohon mengelilingi lingkaran tajuk dengan lebar dan kedalaman ± 10 cm. Dapat juga ditanam pada empat lubang di bawah tajuk pohon dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm untuk tiap lubang. Sedangkan untuk pemupukan dalam pot caranya adalah dengan mengangkat tanah yang bersinggungan dengan pinggir pot sedalam 10 cm, kemudian ditimbun lagi setelah pupuk dimasukan.
e. Pemangkasan
Tanaman sawo yang dibiarkan tumbuh alami dapat mencapai ketinggian 20 m. Agar tanaman sawo tidak terlalu tinggi, maka dilakukan pemangkasan.Pemangkasan juga bertujuan membentuk percabangan yang baik dan kuat.Bibit tanaman dalam pot yang berasal dari cangkokan hanya perlu dipangkas untuk memperbaiki bentuk, bukan untuk membentuk tajuk.Akan tetapi jika asal bibit berasal dari sambung pucuk, maka pembentukan tajuk perlu dilakukan sejak semula. Berikut adalah teknis pemangkasan :
a) Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan bentuk ditujukan untuk mengatur ketinggian dan bentuk tajuk, agar memudahkan dalam pemetikan buah serta pengontrolan hama dan penyakit.
Pembentukan tajuk tanaman sawo dalam pot dapat dilakukan tidak hanya pada musim hujan.Pemangkasan pertama ketika tanaman telah tumbuh cukup kuat (2 bulan setelah tanam).Pemangkasan dilakukan dengan memotong ujung batang hingga tinggal 15-40 cm dari permukaan tanah dalam pot.Tempat pemangkasan harus sedikit di atas ruas batang.Luka bekas pangkasan ditutup dengan cat meni atau parafin untuk mencegah penyakit. Beberapa hari setelah pemangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru pada ketiak daun. Tiga dari tunas yang tumbuh sehat dan tidak saling berdekatan dipilih sebagai cabang primer dan dibiarkan tumbuh sedangkan tunas lainnya dibuang. Pemangkasan kedua ketika cabang primer tumbuh sepanjang 20-25 cm ujungnya dipangkas lagi hingga panjangnya tinggal 15-20 cm.
Pemangkasan ini dilakukan tepat di atas mata tunas. Akibat pemangkasan ini akan muncul tunas-tunas baru. Dua atau tiga tunas yang sehat dibiarkan tumbuh menjadi cabang sekunder dan tunas yang lain dipotong.Setelah terbentuk cabang sekunder, selanjutnya hanya dilakukan pemangkasn pemeliharaan.
Tanaman sawo dalam pot dapat dibentuk tajuknya tidak hanya dengan pemangkasan, tetapi juga dengan menggugurkan buah-buah yang tumbuh pertama kali, karena biasanya jika buah pertama dibiarkan berkembang pertumbuhan tanaman selanjutnya akan menjadi jelek. Jika menginginkan bentuk tajuk yang sederhana, pemangkasan dapat diakhiri sampai tahap pemangkasan pertama saja, dan selanjutnya hanya untuk pemangkasan pemeliharaan.
b) Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharaan ditujukan untuk memotong ranting yang terlalu panjang atau rusak dan lemah, mencegah serangan penyakit, memotong cabang-cabang air, serta mengurangi kerimbunan sehingga sinar matahari dapat masuk.Pemangkasan pemeliharaan ini dapat dilakukan setiap saat jika diperlukan.
2.5 Penggantian Media Tanam dan Pot
Seperti halnya tanaman yang tumbuh di lahan, tanaman dalam pot juga mengalami perkembangan yang suatu saat menginginkan tempat yang lebih luas. Tidak hanya batang dan tajuknya saja yang berkembang, tetapi perakaran di bawah tanah dalam pot juga berkembang, sehingga ruang dalam pot menjadi berkurang, daya tamping pot untuk menampung media tanam berkurang dan persediaan makan bagi tanaman pun menjadi terbatas. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan penggantian pot (repotting) dengan cara :
Siram media dalam pot dengan air hingga media menjadi lunak dan tanaman mudah dilepas dari pot.
Segera pindahkan tanaman yang sudah lepas ke dalam pot yang baru/ lebih besar.
Uruk bagian pot yang kosong dengan media yang baru, lalu siram dengan air bersih.
Apabila tanaman tidak perlu diganti pot, maka yang diperlukan hanyalah memotong/mengikis sebagian tanah pada bagian sisi dan bawah dengan menggunakan pisau yang bersih dan tajam. Setelah itu, masukan kembali ke dalam pot, lalu timbun dengan campuran media tanam yang sama tapi baru, kemudian siram dengan air.
2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
a)Lalat buah (Dacus sp.) Gejala: terdapat bintik-bintik kecil berwarna hitam atau cokelat pada permukaan kulit, tetapi daging buah sudah membusuk yangdiakibatkan oleh larva lalat yang memakan daging buah. Pengendalian:(1) membersihkan (sanitasi) sisa-sisa tanaman di sekitar tanaman dan kebun; (2) membungkus buah dengan kertas semen atau koran; (3) memasang perangkap lalat buah yang mengandung bahan metyl eugenol, misalnya M-Atraktan, dalam botol plastik bekas; (4) menyemprotkan perangkap lalat buah, seperti Promar yang dicampur dengan insektisida kontak atau sistemik; (5) menginfus akar tanaman dengan laruta insektisida sistemik, seperti Tamaron, dengan konsentrasi 3-5% pada fase sebelum berbunga;(6) menyemprot tanaman dengan insektisida kontak, seperti Agrothion 50 EC dengan dosis 3-4 cc/liter air.
b)Kutu hijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan Kutu cokelat(Saissetia nigra)
Gejala :Ranting-ranting muda dan daun-daun sawo mengkerut, layu, kering dan terhambat pertumbuhannya. Hal tersebut dilakukan dengan cara menghisap cairan yang terdapat di dalam ranting dan daun. Selain menghisap cairan, kutu-kutu ini juga menghasilkan embun madu yang dapat mengundang kehadiran cendawan jelaga.
Pengendalian: dengan penyemprotan insektisida, seperti Diasinon 60 EC dengan dosis 1-2 cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan dosis 2 cc/liter air yang disemprotkan langsung ke kutu-kutu tersebut.
Penyakit
a) Jamur upas (jamur Corticium salmonocolor)
Gejala: (1) Stadium rumah laba-laba, ditandai dengan munculnya meselium tipis berwarna mengkilat seperti sutera atau perak pada cabang atau ranting. Pada stadium ini jamur belum masuk ke dalam kulit tanaman sawo; (2)Stadiumbongkol, jamur membentuk gumpalan-gumpalan hifa didepan lentisel sebelum memasuki kulit sawo; (3)Stadium corticium, jamur membentuk kerak berwarna merah muda yang berangsur-angsur berubah menjadi lebih muda lalu menjadi putih. Kulit tanaman sawo yang terdapat di bawah kerak tersebut akan membusuk; (4) Stadium necator, jamur membentuk banyak piknidium yang berwarna merah pada sisi cabang atau ranting yang lebih kering.
Pengendalian: (1) Pada stadium laba-laba, penyakit ini dapat diatasi dengan cara menggosok tempat yang terserang jamur sampai hilang. Bekas luka gosokan diolesi dengan cat meni, ter, atau carbolineum; (2) Penyemprotan dengan fungisida yang mengandung tembaga berkadar tinggi seperti Cupravit OB 21 dengan dosis 4 gram/liter air setiap tiga minggu sekali untuk menghindari munculnya serangan lagi;3) Pemotongan pada bagian tanaman yang terserang apabila jamur sudah mencapai stadium bongkol, corticium, atau necator. Pemotongan dilakukan pada bagian yang sehat jauh dari batas bagian yang sakit.Bagian yang dipotong kemudian diolesi dengan fungisida serta potongan yang terserang penyakit segera dibakar untuk mencegah spora berterbangan.Pemotongan cabang atau ranting juga dilakukan untuk mengurangi kelembaban yang dapat mendorong pertumbuhan spora.
b) Jamur jelaga (jamur Capnodium sp.)
Gejala: berupa warna hitam seperti beludru yang menutupi permukaan daun sawo. Jamur ini sebenarnya hanya memakan madu yang dikeluarkan oleh serangga (Indicerus sp.), akan tetapi jika dibiarkan lama kelamaan dapat menutupi seluruh daun dan ranting tanaman sawo, sehingga proses fotosintesa tanaman sawo akan terganggu dan pertumbuhan terhambat. Serangan yang terjadi pada saat tanaman berbunga dapat mengakibatkan buah yang terbentuk hanya sedikit.
Jika yang terserang adalah buah, dapat menyebabkan kerontokan atau berkurangnya kualitas buah.
Pengendalian: (1) melenyapkan serangga yang menghasilkan embun madu terlebih dahulu dengan insektisida; (2) dilakukan penyemprotan dengan fungisida seperti Antracol 70 WP dengan dosis 2 gram/liter air atau Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air.
c) Busuk buah (jamur Phytopthora palmivora Butl.)
Gejala: mula-mula kulit buah berbercak-bercak kecil berwarna hitam atau cokelat, kemudian melebar dan menyatu secara tidak beraturan, daging buah membusuk dan berair, serta kadang-kadang buah berjatuhan (gugur).
Pengendalian: (1) dengan cara pemotongan buah yang sakit berat, pengumpulan dan pemusnahan buah yang terserang; (2) penyemprotan fungisida, seperti Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8 gr – 2,4 gram/liter air.
d) Hawar benang putih(jamur (cendawan) Marasmius scandens Mass).
Gejala: daun-daun mengering dan berguguran. Pada ranting yang mengering terdapat benang-benang jamur berwarna putih.
Pengendalian: (1) dengan cara mengurangi kelembaban kebun, memotong bagian tanaman yang sakit berat; (2) mengoleskan atau menyemprotkan fungisida, seperti Benlate dengan dosis 2 gr/1 air.
DAFTAR PUSTAKA
Http://www.agrikaindoraya.com/menanam-tabulampot-sawo
Rahardi, F. 1992. Bercocok Tanam dalam Pot. Jakarta. Penebar Swadaya.
Sarjito, M. 1993. Mari mengenal Buah Unggul Indonesia.Sari Jaya Indah.
Subur, Aghmad. 1991. Pendidikan Keterampilan Pertanian. Jakarta: Balai Pustaka
Berbagai penulis dan tahun penerbitan. Memasyarakat-kan Budidaya Tabulampot, Tanaman Anggur dalam Pot tampil Eksklusif, Memelihara Jeruk Nipis dalam Pot, Menjanjikan Tabulampot Jeruk-Kawis, Trik membuahkan Nangka Genjah di Pot, Nangka Genjah Menggugah Gairah Penanaman Buah, Membuat Bonsai Sawo Berbuah, Bibit Sawo Unggul untuk Tabulampot. Jakarta: Suara Karya.
0 Response to "Makalah Tabulampot Tanaman Sawo"
Post a Comment
Blog yang berisi artikel seputar Pertanian,Peternakan dan Perikanan Jika Anda Menyukai Artikel Ini Silahkan Menshare Melalui Facebook dan Tweeter.
+ Jika ada gambar atau link yang rusak tolong beritahu saya
+ Jika perlu ada penambahan pada artikel silahkan menambahkan pada kolom komentar, nanti saya update artikelnya
+ Jika Ingin Berkomentar Jangan Spam/ Berpromosi
Silahkan Berkunjung Kembali Untuk Mendapatkan Artikel Pertanian Terbaru Lainya